Banjir Medan : Air yang Tak Pernah Pergi dari Kota Para Ketua
Banjir Medan : Air yang Tak Pernah Pergi dari Kota Para Ketua
Medan. Hujan deras berulang dalam beberapa minggu terakhir kembali melumpuhkan banyak titik di Kota Medan. Jalan yang berubah menjadi sungai, kawasan industri yang terendam, dan warga yang terjebak menegaskan masalah banjir yang tak kunjung usai di "Kota Para Ketua"—julukan sinis yang kerap muncul ketika banjir mengganggu pusat-pusat pemerintahan dan bisnis.

Titik-titik terdampak dan kronologi singkat
Pukul sejak Sabtu malam hingga Minggu dini hari, hujan lebat melanda sejumlah kecamatan—Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Deli, dan kawasan industri Medan II—mengakibatkan luapan anak sungai dan genangan setinggi lutut hingga pinggang. Banyak ruas jalan utama macet, kendaraan mogok, dan aktivitas logistik di kawasan industri terganggu.
Laporan-laporan lokal mencatat kantor-kantor pemerintahan di wilayah utara kota juga terdampak, memperparah citra kota yang sering disebut “Kota Para Ketua” karena pejabat dan pusat administrasi tampak berada pada area yang sama yang rawan banjir.
Dampak sosial dan ekonomi
Selain gangguan lalu lintas, ribuan rumah di bantaran anak sungai terendam, sekolah diliburkan sementara, dan beberapa pasar tradisional mengalami kerugian akibat terendam. Pelaku usaha di kawasan industri melaporkan gangguan pengiriman barang sehingga berdampak pada rantai pasok lokal.
Respons pemerintah dan mitigasi darurat
BPBD Kota Medan, dibantu PPSU dan TNI/Polri, mengerahkan tim tanggap darurat untuk membantu evakuasi, membuka akses jalan, dan menyalurkan bantuan logistik ke titik-titik terparah. Pemerintah kota meminta warga tetap waspada dan mengikuti arahan evakuasi di titik-titik penampungan sementara.
Penyebab kronis dan kritik publik
Pengamat lingkungan dan DPRD Sumut menyoroti bahwa solusi jangka panjang seperti normalisasi sungai hulu, penguatan sistem drainase di wilayah penyangga, serta pengendalian pemanfaatan lahan belum berjalan optimal. Sejumlah laporan lokal menunjukkan anggaran besar untuk proyek drainase di pusat kota, tetapi pemangkasan dana pada daerah hulu dan belum tersentuhnya bantaran sungai membuat masalah berulang setiap musim hujan.
Saran teknis dan langkah jangka panjang
Ahli tata ruang merekomendasikan audit drainase kota, pemetaan sungai yang tersumbat, penataan ruang bantaran, dan pembangunan sistem resapan serta waduk penyangga. Mereka juga menekankan pentingnya koordinasi antarwilayah (hulu–hilir) agar solusi tidak hanya berfokus pada pusat kota.
Bagaimana warga bisa bertindak sekarang
- Ikuti arahan BPBD dan laporkan titik banjir melalui saluran darurat resmi.
- Amankan dokumen penting dan barang berharga ke area yang lebih tinggi.
- Hindari berkendara di genangan dalam; bila terjebak, matikan mesin dan cari bantuan.
- Dokumentasikan kerusakan untuk keperluan klaim asuransi atau bantuan pemerintah.
- Sumut Pos — pelaporan banjir di Medan Labuhan dan klaim penyebab rob di daerah pesisir.
- Republika / ANTARA — dokumentasi hujan deras dan luapan anak sungai di Medan Marelan serta dampak pada permukiman.
- Medan Aktual — laporan kawasan industri Medan (KIM) terendam sehingga aktivitas logistik terganggu.
- MedanToday — analisis kebijakan pengendalian banjir dan kritik DPRD Sumut terhadap program drainase kota.
- Orbit Digital / Ikabina — liputan titik-titik jalan tergenang malam hari dan laporan video warga.
Komentar
Posting Komentar